LARANTUKA|VIVATIMUR.COM – Politik bukanlah tentang kekuasaan, tetapi lebih kepada pelayanan kepada masyarakat.
Tidak ada kata terlambat untuk berbuat baik bagi kepentingan bangsa dan negara juga Lewotanah Flores Timur.
Maju sebagai Calon Anggota Legislatif (Caleg) DPRD Kabupaten Flores Timur bukan tanpa alasan bagi Fransiskus Xaverius Bala Keban, S.IKom atau kerap dipanggil Frengky Keban.
Karena sebagai anak muda yang lahir, besar dan tinggal di Flores Timur, ia memiliki kerinduan untuk melayani masyarakat.
Sebagai anak pertama, Frengky Keban sejak kecil sudah diajarkan hidup mandiri dan tidak dimanja oleh kedua orang tuanya.
Bahkan saat kecil dirinya tidak pernah diberi uang jajan seperti anak kebanyakan. Bahkan didikan itu mengharuskan ayahnya Paulus Laparuda Keban dan sang ibu alm. Maria Golo Niron untuk merelakan anak masuk seminari San Dominggo Hokeng untuk menempuh pendidikan SMA seperti apa yang menjadi keinginannya.
Empat tahun mengenyam pendidikan di SMA Seminari San Dominggo Hokeng, Frengky Keban muda sempat merasakan hidup membiara di Novisiat Sang Sabda Kuwu, Manggarai sebelum akhirnya melanjutkan kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Undana Kupang.
“Di bangku kuliah saya seolah menemukan kemana arah tujuan saya. Karena di tempat itu saya dilatih untuk bisa bicara dengan baik selain menulis seperti saat di seminari. Apalagi sejak masuk kuliah saya sudah dipercayakan teman-teman untuk masuk di BLM dan BEM Kampus,” katanya saat diwawancarai vivatimur.com, Kamis 1 Februari 2023 malam.
Di ruang itulah dirinya diuji untuk bisa jadi juru bicara bagi teman-temannya kendati harus membuatnya terlempar keluar dari sistem.
Tidak cukup disitu, ia kembali masuk ke organisasi intra kampus lainnya yakni di KMK St Agustinus Fisip Undana.
Berproses selama 2 tahun di sana ia kemudian dipercayakan jadi Ketua Umum.
Masa di KMK tutur pria kelahiran 5 April 1989 itu jadi masa jayanya karena di tahun yang sama ia masih diberi tugas jadi Ketua Liga Mahasiswa NasDem Komisiariat Fisip Undana.
Dengan dua tugas sekaligus ia nyaris tidak punya waktu di kos. Ia lebih banyak bergaul dengan aktivis-aktivis di kota kupang dengan beragam organisasi yang ada.
Hal ini ia lakukan sebagai upayanya untuk belajar dari orang lain karena baginya menjadi pemimpin yang baik itu bukan dilahirkan tapi dilatih terus menerus.
Uniknya, usai tidak jadi ketua KMK St Agustinus Fisip Undana ia malah diberi tugas memimpin Kelompok Mahasiswa Nusa Solor Kupang yang kala itu butuh pemimpin baru.
Tugas itu pun ia jalani dengan baik kendati harus terhenti ditengah jalan usai ia menyelesaikan tugas akhirnya dan membuatnya terpilih jadi terbaik keempat di Fisip Undana tahun 2014 dengan IPK 3,75.
Sebuah pencapaian yang luar biasa tentu apalagi dengan intensitas organisasi yang ia jalani.
“Kalau hari ini orang bilang organisasi itu membuat kuliah itu terbengkalai maka bagi saya itu tidak benar karena saya berhasil menyandingkan dua kekuatan itu dengan baik. Ini soal bagaimana kita bisa memanage waktu tanpa meninggalkan salah satunya. Saya lulus dengan cum laude berkat organisasi,” ungkapnya.
Jadi Wartawan Untuk Mewartakan
Selepas kuliah, lanjutnya ia sempat diminta kerja sebagai peneliti di salah satu NGO namun ia lebih memilih pulang kampung ke Larantuka dan mengabdi di Diskominfo sebagai wartawan LPPL RSPD sekaligus menulis di sejumlah media online dan media bulanan.
1,5 tahun bekerja ia pun kemudian memutuskan hijrah dari birokrasi untuk menjadi wartawan di Harian Umum Victory News dan ditempatkan di Sumba Barat Daya hingga Oktober 2023 kemarin.
Uniknya, selama di Sumba Barat Daya ia tidak hanya jadi wartawan tapi jadi tokoh motivator buat anak muda SBD dengan sejumlah ide dan gagasannya.
Salah satunya adalah menghadirkan organisasi Buku Bagi NTT di SBD guna membantu anak-anak SBD di bidang pendidikan.
“Hal ini karena selama saya di SBD yang saya lihat pembangunan itu masih hanya infrastruktur saja tanpa diikuti dengan pembangunan pendidikannya. Sehingga butuh adanya gerakan untuk menyadarkan orang tua kalau pendidikan juga penting. Dan syukurnya banyak anak muda terlibat termasuk sejumlah wartawan muda. Apalagi di sini saya lebih banyak memberikan kepercayaan agar mereka percaya kalau mereka bisa seperti orang lain di luar Sumba,” tambahnya.
Keberhasilannya dengan gerakan kecilnya itu pun mengantarkan ia jadi salah satu wartawan paling disegani dan dikenal banyak orang di sumba khususnya SBD, Sumba Barat dan Sumba Tengah.
Terlebih dirinya punya integritas dan kapasitas mumpuni serta bisa jadi teman diskusi yang menarik. Bahkan beberapa momen ia selalu dipercayakan mitra untuk jadi pemateri dalam kegiatan jurnalistik.
Hebatnya, saat ia berhasil seperti itu, ia tidak besar kepala. Ia selalu berpegang pada prinsipnya untuk jadi orang besar coba tiga keutaamaan ini: pertama rendah hati, kedua rendah hati, dan ketiga rendah hati.
Tiga keutamaan itu ia buktikan dengan kerjanya termasuk melatih teman-teman wartawan muda di sumba jadi penulis yang baik.
“Saya hanya bisa membagi apa yang saya miliki. Saya tidak hebat tapi saya mau orang jangan hanya kenal saya saja atau senior lainnya di media lain tapi juga wartawan muda lainnya. Maka dari itu membagi mereka tips menulis yang baik adalah tugas saya. Karena waktu saya untuk pergi bisa kapanpun dan ketika saya pergi saya tidak mau meninggalkan sesuatu yang buruk,” tegasnya.
Iya baginya hidup itu hanyalah sementara. Tidak perlu menjadi besar tanpa berbagi. Ilmu bisa dicari tapi persahabatan dan kekeluargaan sangat sulit.
Tidak mengherankan dimana ia berada ia selalu menyalurkan energi perubahan buat banyak orang termasuk saat dipercaya jadi Fasilitator Komunikasi di LSM Inovasi Sumba dan organisasi kepemudaan lainnya termasuk Komunitas Anak Muda Lamaholot SBD.
Ia jadi pioner sekaligus sosok yang begitu penting dalam setiap organisasi namun kembali ia tidak pongah.
Baginya keberhasilannya kala itu adalah berkat bantuan banyak orang yang selalu ada buat dia dengan kritik dan sarannya.
Hingga nasib merubahnya kala ayahnya harus jatuh sakit dan diikuti mamanya dua bulan kemudian yang mengharuskan pulang kampung lebih cepat untuk merawat kedua orang tuanya.
Maklum ketiga adiknya punya pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan yang mengharuskan ia menemani kedua orang tuanya untuk berobat.
Mama Jadi Spirit Politiknya Bersama NasDem
Kendati dalam situasi sulit semacam itu ia terus mencoba bertahan dengan keadaan hingga pilihan masuk politik hadir lewat Partai NasDem di Dapil VI Solor.
Ia diminta maju. Sebuah pilihan yang menurutnya sulit untuk ditolak.
“Saya diminta maju saat 1 Mei. Saya hanya menjawab iya tanpa berpikir lagi situasi saya yang tidak punya uang dan saat orang tua sakit. Tapi saat pulang mama saya beri saya spirit dan dukungan untuk maju demi lewotana Solor dan diikuti oleh sang ayah,” ungkapnya lagi.
Spirit sang mama itu nyatanya jadi pesan paling akhir buat dia karena di bulan Oktober 2023 sang ibu menghembuskan nafas terakhirnya.
“Saya sempat down dan menolak berjuang lagi di politik. Sayap sebelah saya patah. Tapi saat saya lihat jenazah mama saya ingat perjuangan mama buat saya saat saya terjun ke lapangan. Saya tidak mau kecewakan mama,” imbuhnya.
Dan itu ia buktikan setelah masa delapan hari doa arwah ia langsung kembali bekerja untuk Partai NasDem di Dapil VI untuk mengembalikan kursi yang sempat hilang di tahun 2019 lalu.
“Kemarin saya jadi wartawan hari ini saya mau wartawan tidak hanya menulis tapi juga bersuara buat masyarakat lewat jalur politik. Karena tugas kita tidak selesai hanya pada tataran menulis tapi juga membantu masyarakat Solor dan pilihan NasDem pilihan tepat karena partai ini tidak mengajarkan kami untuk jadi manja. Kami diajarkan untuk berdaya dan saya pikir ini cocok buat masyarakat solor supaya kami percaya dari kelemahan kami ada kekuatan yang mungkin tidak kami orang Solor sadari. Saya mau bangun solor dengan optimisme dengan jadi tangan, kaki, mata dan mata ribu ratu. Apalagi kami punya Kaka Alex Ofong dan Bunda Julie Laiskodat yang selalu berjuang membantu kami dengan program mereka selama ini kendati solor itu agak kurang karena kami tidak punya orang. Sekarang saya ada, saya mau bangun Solor seperti apa yang saya buat di SBD dengan mempercayakan anak muda sebagai gerbong perubahannya,” tegasnya.
Karena baginya kerja politik hari ini bukanlah kerja untuk meraih kekuasaan semata tapi juga harus bisa memberikan manfaat bagi perubahan masyarakat sendiri dengan tagline Anak Muda Solusi Baru demi Restorasi Indonesia.
“Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator,” tambahnya.***