LEWOLEBA|VIVATIMUR.COM – Kepala Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Lewoleba, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Jhon Ola menegaskan pelabuhan Laut Lewoleba (pelabuhan Nusantara/Pelabuhan Pelni) sangat tidak layak sandar kapal Pelni karena rusak berat.
Pelabuhan Lewoleba (pelabuhan Pelni) terancam ambruk lima tahun mendatang jika tak segera dibenahi secara total. Kondisi fisik dermaga dan fasilitas pendukung lainnya sudah rusak parah. Dengan kondisi seperti ini sebenarnya kapal Pelni dan kapal besar lainnya sudah tidak layak sandar” ungkap Kepala Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Lewoleba, Kabupaten Lembata, Jhon Ola, Senin (25/1/2021).
“Pantauan saya, pelabuhan Nusantara dan Pelabuhan Pelra ini fasilitas sudah rusak parah, itu tidak layak kapal sandar apalagi kapal besar. Saat ini bagaimana kita berusaha benahi pelabuhan ini kita perbaiki supaya kondisi layak disandari kapal,” kata John Ola.
Terpantau besi-besi dermaga yang seharusnya tertutup semen sudah mulai nampak, tampak penyangga dermaga juga sudah keropos. Jadi tinggal menunggu waktu pelabuhan itu hancur.
Untuk pelabuhan Pelra saja dibangun tahun 80an. Kondisi saat ini rusak berat. Tidak layak lagi untuk di sandar kapal-kapal pelra. Butuh pembenahan,” ungkap Jhon Ola.
Ia menjelaskan, untuk saat ini semua kapal-kapal pelra sandarnya di dermaga Nusantara (Dermaga kapal besar/Pelni).
“Sehingga sangat terpengaruh dengan kapal-kapal yang ukurannya lebih besar. Seperti yang kita ketahui bersama, pelra itu cukup banyak juga. Berangkat dari sini enam unit datang dari arah Larantuka juga enam unit,” jelasnya.
Dermaga pelabuhan rakyat, tandasnya, saat ini juga sudah rusak parah. Demikian halnya dengan bagian dermaga nusantara. “Kita butuh dukungan semua pihak terutama pemda setempat,” imbuhnya.
Dijelaskan, yang paling penting sekarang adalah bagaimana mengusahakan anggaran dari APBN untuk membenahi Pelabuhan Laut Lewoleba secara menyeluruh.
“Kita bicara soal pengelolaan saya tidak bicara itu. Kita jangan bicara soal pengelolaannya dulu. Intinya kita benahi dulu. Kondisi saat ini (pelabuhan) rusak berat,” kata John.
Ia juga menjelaskan, untuk sisi darat juga tidak mendukung, Tidak layak lagi.
Terminalnya itu fungsinya untuk ruang tunggu. Menungu kapal tiba dan dia naik. Jadi dia menunggu kapal, ditunggunya di terminal. Tetapi saya lihat, terminal itu harus dilakukan pembenahan juga. Karena kondisinya sudah tidak nyaman penumpang menunggu. Peralatan bongkar muat juga harus dibenahi. Pelabuhan kita ini kan terbuka. Semua orang keluar masuk. Sebenarnya kan area terbatas . Pelabuhan itu orang yang masuk betul-betul punya kepentingan. Saya lihat pelabuhannya bebas keluar masuk,” tutupnya.
Pihaknya juga akan mengajukan studi kelayakan ke kementerian perhubungan.
“Saya akan bersurat minta tim dari pusat untuk studi kelayakan, dari hasil survei ini baru kita ajukan anggaran. Yang jelas Pelra itu harus kita bongkar total,” tandasnya.
Kalau pelabuhan tidak dibenahi segera, suatu saat kapal tol laut tidak akan sandar lagi di Lembata dan hanya sebatas sampai di Larantuka. Sementara, kapal Pelni baru bisa sandar lagi jika sudah ada survei ulang kolam labuh karena masih ada bekas sisa tenggelamnya Kapal Shimpo. (*/Bata)